Kisah Nabi Isa .a.s
Isa adalah keturunan Daud dan
Sulaiman. Dialah rasul dari kalangan Bani Israel yang pengaruhnya menyebar
hingga di luar kalangan Yahudi. Tahun kelahirannya hingga kini dijadikan dasar
perhitungan kalender Masehi. Adapun tanggal kelahirannya tidak pernah dinyatakan
secara jelas. Yang pasti bukan tanggal 25 Desember yang sekarang diperingati
sebagai Hari Natal, karena penentuan tanggal itu lebih dikaitkan dengan mitologi
serta perhitungan astronomi menyangkut perubahan posisi bumi terhadap matahari.
Kisah Isa diawali dari peristiwa
kedatangan malaikat menemui Maryam yang tinggal di kamarnya di Baitul Maqdis.
Maryam menyangka malaikat itu adalah laki-laki yang hendak menggodanya. Tapi
sang malaikat menyatakan dirinya hanya diutus Allah untuk menyampaikan kabar
bahwa Maryam akan punya putra. Sebuah kabar yang sempat tak dipercayai Maryam
karena dirinya seorang perempuan baik-baik dan tak pernah berhubungan dengan
laki-laki.
Pada suatu hari Mariam sedang
beribadat di tempatnya sebagai kebiasaannya, tiba tiba dihadapannya berdiri
seorang lelaki. Alangkah terkejut dan terperanjatnya, kerana selama hidup dan
selama dia berada di tempat itu, belum pernah dia mendapat kunjungan seorang
lelaki selain Zakaria. Mariam nampaknya mahu berpaling dan menghindarkan diri
kerana menurut kiraan Mariam lelaki itu adalah seorang jahat yang berniat buruk
terhadap dirinya, sedang dia sendiri adalah seorang suci dan penuh iman. Mariam
berlindung diri kepada Allah dengan berkata: Sesungguhnya saya melindungkan diri
kepada Allah dan kejahatan engkau, sekiranya engkau seorang yang takut kepada
Allah. Orang yang tidak dikenal itu memberikan isyarat, agar supaya Mariam
tinggal tenang jangan takut dan khuatir. Lalu orang itu berkata kepada Mariam:
Sesungguhnya saya ini datang diutus oleh Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak
yang suci. Dengan muka yang diselubungi kesedihan, hati yang penuh hairan dan
khuatir, mulut dan lidahnya rasa terkunci, akhirnya dapat juga Mariam menjawab:
Bagaimana saya akan memperolehi seorang anak, sedang seorang manusia pun belum
pernah menyentuh tubuh saya dan saya bukan seorang yang jahat. Mendengar jawapan
itu, Malaikat (Ruhul Kudus) itupun berkata: Demikianlah halnya; Tuhanmu telah
berfirman: Perkara itu amat mudah bagiKu, supaya Kujadikan itu tanda kekuasaanKu
untuk manusia dengan rahmatKu. Kejadian itu bukanlah satu hal yang tidak dapat
diluluskan. Sehabis jawaban itu, Malaikat itupun lenyaplah dari pemandangan
Mariam, tidak diketahui ke mana perginya. Tinggallah sekarang Mariam seorang
diri kehairanan memikirkan apa yang sudah dilihat dan didengarnya itu. Mulailah
dia khuatir lagi, kekhuatiran yang lain pula sifatnya dan kekhuatirannya semula
tadi. Sudah pasti orang ramai akan heboh dan bising, bila mereka mendengar
bahawa Mariam menjadi hamil. Apalagi kalau melahirkan anak dengan tidak
mempunyai suami. Fikiran ini sangat menggoyangkan perasaan Mariam, sebab ini
bukanlah masalah kecil bagi seorang yang suci murni sebagai Mariam. Badannya
gementar memikirkan bagaimana akhirnya kejadian ini. Dia benar benar merasa
sesuatu dalam kandungannya. Untuk menghindarkan apa yang akan terjadi sebagai
yang dikhuatirkannya itu, Mariam memutuskan akan menjauhkan diri ke luar kota,
mengasingkan diri di tempat yang jauh dan terpencil, yang sunyi sepi. Maksudnya
itu diteruskannya dengan mengambil satu tempat jauh di desa, dimana dia tinggal
seorang diri berhati sedih bercampur takut, memikirkan kejadian yang akan
terjadi bila dia sudah melahirkan bayi kandungannya, bayi yang tidak berbapa.
Beberapa bulan berlalu, kandungannya makin terasa mendekati waktu bersalin.
Semakin dekat waktunya bersalin, semakin hebat pulalah penderitaan batin yang
dideritanya, sehingga makan dan minum tidak berasa enak lagi. Makanan dimakannya
berasa sekam, air diminum berasa duri.
KESEDIHAN YANG MEMUNCAK
Di dalam sebuah pondok didesa yang
jauh terpencil, dia menyembunyikan diri dari pandangan dan pendengaran orang
ramai, agar rahsia ajaib yang sudah ada dibatang tubuhnya jangan sampai
diketahui orang, tidak dilihat sebuah mata dan tidak didengar sebuah telinga
pun. Setelah terasa betul oleh Mariam, bahawa waktu yang ditunggu-tunggunya itu
sudah dekat, tanda-tanda yang dia akan melahirkan seorang anak telah cukup, maka
disaat itulah kesedihan hatinya, kekhuatiran dan ketakutannya memuncak hebat
sehebat-hebatnya. Ketika itulah dia mengeluh sambil berkata: Maha Penyantun
Engkau, ya Tuhanku. Takdir apakah gerangan yang akan terjadi, kejadian apakah
akan terjadi dibalik malam yang gelap ini. Mariamlah seorang manusia yang paling
berat ditimpa beban pemikiran di saat itu. Dia berasal dari keturunan yang
baik-baik dan kukuh kuat. Bapanya seorang yang suci terhormat, ibunya pun
demikian pula. Dia sendiri pun seorang yang suci murni dan ini sudah cukup
dikenal dan diakui orang ramai. Tetapi sudah cukupkah kesemuanya itu menjadi
jaminan baginya terhadap tuduhan orang ramai? Apakah orang ramai tidak akan
menuduhnya dengan tuduhan yang bukan-bukan terhadap dirinya, sekiranya dia
melahirkan anak dengan tidak berbapa? Dapatkah gerangan semuanya itu melenyapkan
seluruh tohmahan yang akan tumbuh itu? Atau dituduh orang jugakah dia melakukan
perbuatan jahat dan mesum? Akan dituduh dia mencemarkan nama baik ibu-bapa dan
nenek-moyangnya yang suci murni. Semua itu amat berat untuk difikirkan dan
dipecahkan oleh Mariam yang hanya seorang diri yang pula menderita sakitnya mahu
bersalin. Jasadnya menanggung tanggungan yang paling berat, sedang jiwanya pula
sedang menanggung tanggungan yang lebih berat lagi. Dua beban berat yang harus
dipikul sekaligus. Tetapi bagaimana juga berat dan hebatnya derita lahir dan
batin yang dideritanya, rasa ibadat dan taqwa kepada Allah telah dapat menolong
dia dalam menanggung semua penanggungan itu, pananggungan yang maha berat dan
rumit. Ya, dia akan melahirkan seorang yang amat mulia dan amat agung, maka
penanggungan dan penderitaan yang amat berat dan hebat harus ditanggungkannya
pula untuk melahirkannya. Itu sudah menjadi adat alam sunnah Ilahi
kiranya.
KELAHIRAN ISA AL-MASIHI
Setelah Mariam merasakan betul bahawa
kandungannya sudah dekat sekali akan lahir, maka dia tinggalkan pondok tempat
dia mengasingkan diri itu. Dia berjalan meninggalkan desa yang terpencil itu,
mencari tempat yang lebih suci dan sepi lagi. Disuatu tempat dipadang pasir,
dibawah sebatang pokok korma, dia lalu berhenti. Disitulah dia duduk seorang din
menantikan takdir, tidak ada kawan dan bidan atau tabib yang akan menolong dia,
bila ditimpa sakit atau kesulitan dalam melahirkan bayi kandungannya. Dalam
keadaan demikian, dibawah langit terbuka, ditengah sawang padang pasir yang
luas, dengan tidak ditemani seorang manusia pun, selain temannya yang bernama
iman dan taqwa tibalah saat yang ditunggu-tunggunya. Seorang anak bayi lelaki
pun lahirlah ke atas dunia yang luas terbuka ini, seorang bayi yang akan menjadi
manusia suci dan berpengaruh besar. Dengan perasaan terharu-biru dan cemas
sedih, dipandangnyalah wajah anak bayinya yang baru lahir itu. Dengan keadaan
tubuh yang lesu-lunglai bekas bersalin, fikiran dan perasaan yang semakin
diliputi cemas dan khuatir, timbullah berbagai-bagai kegelisahan batin yang tak
terbada, sehingga dia mengeluh: Aduhai nasibku ini. Lebih baik kiranya aku mati
sebelum ini, tentu aku dilupakan manusia selupa-lupanya. Fikirannya bingung
tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Badannya lesu dan lemah longlai segala
sendi dan tulang-belulangnya, ditambah lagi dengan rasa lapar dan dahaga yang
tak terkirakan hebatnya sehabis melahirkan bayinya itu. Dia lalu menyandarkan
dirinya ke pokok korma yang kering itu, sambil memangku anak bayinya dengan
kedua tangannya yang lemas itu. Baru saja biji matanya tertuju ke wajah bayinya,
tiba-tiba Mariam mendengar suara yang jelas dan dekat, memanggilnya: Hai Mariam,
janganlah engkau terlalu berdukacita. Sesungguhnya Tuhanmu sudah mengadakan
didekatmu sebuah anak sungai yang kecil dan goncangkanlah batang korma yang
engkau sandari itu, nescaya akan berguguranlah buah-buahnya yang sudah masak.
Maka makanlah dan minumlah dan tenangkanlah hatimu. Lantas kalau engkau ditanya
seseorang, maka berkatalah kepadanya: Aku bernazar kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, bahawa aku akan diam, tidak akan berkata-kata kepada siapapun juga di
hari ini.
Setelah mendengar suara itu, Mariam
melihat tanah yang berada di sisinya menjadi retak dan dari retakan itu mengalir
air yang amat jernih, merupakan anak sungai yang kecil, tepat sebagai yang
didengarnya dan suara tadi. Matanya lalu dialihkannya ke arah batang korma yang
disandarnya itu. Di atas pohon korma itu jelas dilihatnya buah-buah korma yang
sudah masak. Dengan tangannya yang masih lemah dan tidak berdaya itu, cuba
menggerakkan batang korma yang kukuh itu. Batang korma itu bergerak dengan
kerasnya, sehingga buah-buahnya yang masak itu berguguran didekatnya. Dimakannya
buah dan diminumnyalah air yang jernih itu. Dengan demikian hilanglah lapar dan
dahaganya, badannya kembali beransur-ansur menjadi kuat dan segar kembali,
fikirannya mulai menjadi tenang pula. Sungguh besar pertolongan Tuhan terhadap
Mariam. Buah korma yang matang untuk dimakan dan air jernih untuk diminum.
Tetapi cukupkah kiranya mukjizat Tuhan yang maha besar ini dijadikan perisai
untuk menjawab tuduhan orang nantinya? Cukupkah ini untuk menutup mulut orang
yang mahu menuduh? Kesedihan dan kegelisahan Mariam tidak berkurangan hanya
badannya sudah berasa lega dan waras mendapat makan dan minum yang luarbiasa
itu. Matanya tidak putus-putusnya memandang wajah anaknya yang baru lahir.
Luarbiasa keadaan dan hal ehwalnya. Pandangannya ke wajah bayi itulah hanya
satu-satunya yang dapat menghiburkan hatinya yang duka, sehingga hatinya agak
tenteram pula sedikit, sedang badannya semakin kuat juga. Kembalilah dia ke desa
tempat dia mengasingkan din, meninggalkan tempat dia bersalin yang sekarang ini
dinamakan orang Baitullaham (Bethlehem), ertinya tempat lahir. Mulailah orang
yang tidak jauh tinggal dan rumahnya itu mengetahui khabar kelahiran bayinya.
Tak lama kemudian, khabar itupun tersiarlah dengan cepatnya ke seluruh pelosok
negeri.
BAYI BERBICARA
Orang-orang lalu datang
berduyun-duyun, dan jauh dan dekat, ingin menyaksikan sendiri kabar yang
luarbiasa itu. Mariam dihujani orang ramai dengan pertanyaan-pertanyaan. Dia
tidak menjawab, hanya berkata sebagai apa yang telah diwahyukan Tuhan kepadanya,
bahawa dia berpuasa dan bernazar tidak akan bercakap-cakap sehari itu.
Berbagai-bagai kata orang ramai tentang Mariam dan kejadian itu. Ada yang amat
hairan atas keluarbiasaan kejadian itu. Ada pula memandang kejadian itu sebagai
tanda kesucian dan kebesaran Mariam. Tetapi banyak pula yang mengejek-ejek
dengan pelbagai tuduhan sebagai yang telah dikhuatirkan Mariam sendiri. Semuanya
itu didengarkan dan dibiarkannya saja dengan sabar dan tenang, sesuai dengan
petunjuk Tuhan kepadanya. Keesokan harinya, mereka pun datang pula bertanyakan
ini dan itu, mengatakan apa yang terasa dalam hati dan batin mereka
masing-masing. Mereka tahu bahawa nazar Maryam sudah habis waktunya.
Berbagai-bagai cara dan isi pertanyaan mereka. Ada yang bertanya: Hai Mariam,
sesungguhnya engkau telah membawa sesuatu yang mungkar! Ada pula yang mengejek:
Hai saudaranya Harun, bapamu bukanlah orang yang jahat, sedang ibumu pun bukan
perempuan jalang! Dari manakah engkau perolehi anak ini? Banyak lagi pertanyaan
yang mengejek dan kasar-kasar yang dihadapkan kepada Mariam. Akhirnya Maryam
berdiri mengambil anak bayinya, lalu berkata kepada mereka: Ini adalah anakku,
tanyakanlah kepadanya hakikat kejadian yang sebenarnya, yang tuan-tuan tanyakan
itu. Orang ramai hairan dan tercengang mendengarkan jawapan Mariam yang tidak
masuk akal itu. Mereka lalu berkata: Bagaimana kami dapat berbicara dengan bayi
yang masih dalam ayunan itu? Mendengar ejekan yang berturut-turut itu, lalu
Allah memperlihatkan kekuasaanNya untuk mukjizat yang sebesar-besarnya bagi bayi
yang bernama Isa al-Masihi itu dikala besarnya. Di saat itulah bayi Isa a.s.
yang masih kecil itu berkata dengan terang kepada orang banyak: Sesungguhnya aku
ini seorang hamba Allah, akan diberinya kepadaku sebuah Kitab (Injil) dan
dijadikanNya aku seorang Nabi. DijadikanNya aku seorang yang berguna buat
manusia dimana aku berada, diwasiatkanNya kepadaku berbuat dan mengerjakan
sembahyang dan mengeluarkan zakat selama aku hidup. Dan aku berbakti kepada
ibuku, tidaklah aku dijadikan Tuhan seorang yang sombong dan derhaka. Selamatlah
diriku ketika aku dilahirkan dan ketika aku mati dan ketika aku kembali hidup.
Barulah sebahagian orang ramai itu insaf dan percaya, yakin akan kesucian
Mariam, akan kebesaran dan keagungan bayi yang baru lahir itu. Khabar kesucian
dan keagungan bayi itupun tersiarlah ke mana-mana, sehingga setiap orang
menunggu-nunggu akan besarnya anak itu, sebagai seorang Utusan Allah (Rasul)
buat mereka.Nabi Isa al-Masihi yang dipopularkan orang Kristian dengan nama
Jesus Kristus itupun makin sehari makin besar juga. Di kala dia masih berupakan
seorang anak yang di bawah umur, telah banyak tampak tanda-tanda kebesaran dan
keluarbiasaannya.
Pada suatu hari, ketika Isa sedang
bermain-main dengan teman-teman sebayanya, tiba-tiba Isa menerkai semua apa yang
disimpan dalam poket seluar dan dirumah mereka masing-masing, dengan tekaan yang
tepat dan tidak salah sedikit juga. Kadang-kadang Isa berlaku sebagai guru
terhadap teman-teman sebayanya itu, mengajarkan apa-apa yang mereka itu semua
tidak mengetahuinya. Semua temannya itu menurut dan patuh terhadap ajaran Isa.
Masing-masing memperhatikan sebaik-baiknya setiap kata dan nasihat yang keluar
dari mulut Isa. Ketika Isa sudah berumur 12 tahun, ibunya membawa beliau
meninggalkan dusun yang jauh terpencil itu, berangkat pindah ke kota Baitul
Maqdis (Jerusalem). Di jalan banyaklah pemandangan baru yang belum pernah
dilihat didesanya sendiri. Tetapi Isa tinggal tenang saja melihat pemandangan
yang baru itu, tidak menarik hatinya sedikit juga sebagai kebanyakan anak-anak
yang seumur dengan dia. Lebih-lebih lagi ketika memasuki kota besar Jerusalem
menempuh jalan-jalan besar, rumah-rumah yang bagus dan menarik hati. Tidak satu
pun yang menarik perhatian Isa, kesemuanya itu dipandangnya sebagai
barang-barang yang biasa saja, tidak baru sedikit juga dalam pandangan mata dan
hatinya. Inilah pula salah satu keluar-biasaan Isa dibanding dengan anak-anak
lainnya. Ibunya lalu pulang ke desa kembali, sedang Isa tetap tinggal dikota
Baitul Maqdis, kota yang penuh dengan pendita dan tempat-tempat ibadat, sebagai
pusaka dan doa Nabi Ibrahim dahulu. Setiap hari, orang ramai berduyun-duyun
datang ke gereja-gereja menerima pelajaran agama yang diberikan pendita-pendita.
Isa pun turut serta orang ramai itu, mendengar pelajaran dan fatwa-fatwa itu.
Bahkan inilah yang paling digemari Isa, lain-lain pekerjaan dan permainan tidak
satu pun yang menarik hatinya dan dia tidak pernah turut berbagai-bagai
keramaian dan permainan itu. Tiap-tiap kata fatwa yang keluar dan mulut
pendita-pendita didengarkannya dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh.
Berbeza dengan orang ramai yang juga turut belajar dan mendengar fatwa itu,
dimana umumnya mereka itu hanya menerima dan tunduk saja terhadap semua fatwa
dan kata-kata itu, maka Isa bukan hanya tunduk dan menerima mentah-mentah saja
tetapi kalau perlu bertanya dan membantah mana yang tidak sesuai dengan
pendapatnya. Isa di antara murid-murid yang pertama-pertama kali berani bertanya
dan membantah, sedang murid yang lain seorang pun tidak pernah bertanya, apalagi
akan membantah. Melihat keberanian dan perbuatan Isa itu, tidak sedikit
kawan-kawan dan orang ramai yang menaruh sakit hati dan marah kepadanya dan
menganggap dia seorang yang pembantah dan penyangkal, tidak tunduk kepada
pendita-pendita yang dihormati dan dimuliakan orang. Bahkan sudah menjadi tabiat
manusia di saat itu, bahawa pendita-pendita itu adalah orang suci, orang-orang
yang benar semua kata-katanya, tidak boleh dibantah atau ditanyai samasekali,
sebab orang yang bertanya dan membantah itu dianggap telah melanggar agama,
telah engkar dan kafir layaknya. Bukan hanya orang ramai saja yang marah
kepadanya, tetapi juga pendita-pendita sendiri, sebab memang pendita-pendita
itulah yang melarang orang bertanya dan membantah, serta mengajarkan bahawa
sesiapa yang membantah dan bertanya itu, adalah orang engkar dan musuh Tuhan.
Beratus-ratus tahun lamanya,
pendita-pendita itu tidak pernah dibantah dan disoal orang, sehingga telah
menjadi adat turun-temurun bagi orang banyak yang hanya mendengar, tunduk dan
diam dihadapan mereka. Sebab itu, tidak hairanlah kalau hal itu dianggap orang
ramai sebagai ajaran agama, ketetapan syariat yang tidak boleh dilanggar
samasekali. Isa tidak menghiraukan kemarahan orang ramai itu, tidak peduli
sekalipun pendita-pendita itu sendiri sakit hati kepadanya, namun Isa tetap
membantah dan bertanyakan apa-apa yang tidak terang atau yang berlawanan dengan
pendiriannya. Demikianlah halnya Isa bertahun-tahun asyik belajar, asyik
bertanya dan membantah tiap-tiap fatwa yang tidak sesuai. Dia lupa
segala-galanya, kadang-kadang dia lupa makan dan minum, lupa terhadap ibunya
sendiri yang sudah lama ditinggalkannya. Dia bukan hanya tetap dalam kota Baitul
Maqdis saja, tetapi juga pergi ke tempat-tempat yang jauh, didalam dan diluar
kota, dimana saja ada pendita. Masing-masing pendita yang dia kenal dan dengar,
sekalipun jauh tempatnya, pasti dia datangi untuk belajar dan menerima fatwanya,
pula untuk ditanya dan dibantahnya apabila perlu. Begitulah; dia senantiasa
pindah dari desa ke desa, dan kota ke kota lainnya.
MENJADI RASUL
Setelah Isa berumur 30 tahun, barulah
datang kepadanya Ruhul Amin, iaitu Malaikat Jibril sebagai Utusan Allah untuk
mengangkat Isa menjadi Rasul Allah, menyambung pelajaran yang pernah diajarkan
Rasul-rasul yang sebelumnya dan untuk memberi khabar kepada manusia, bahawa
nanti dikemudian hari akan diutus Allah seorang Rasul lagi, iaitu Nabi Muhammad
s.a.w. Kepada Nabi Isa a.s. diturunkan Allah sebuah Kitab Suci (Bible) yang
berisi ajaran-ajaran Tuhan yang membenarkan akan Kitab-kitab Suci yang
sebelumnya dan pula memberi keterangan tentang akan datangnya Kitab Suci nanti,
iaitu al-Quran al-Karim, yang diturunkan kepada Rasul yang paling akhir, iaitu
Muhammad s.a.w. Apa yang diterimanya itu, disampaikannya kepada manusia kaumnya.
Diterangkannya bahawa dia adalah Utusan Allah, supaya semua manusia
mengikutinya. Mulailah Nabi Isa a.s. berjuang menyiarkan agama yang benar,
membongkar akan kesalahan dan kesesatan pendita Yahudi yang telah jauh
menyimpang dan ajaran Nabi Musa a.s. yang sebenarnya, bahkan terbukti kepada
Nabi Isa bahawa mereka telah lupa samasekali akan semua ajaran-ajaran yang
diberikan Nabi dalam Kitab Sucinya yang bernama Taurat. Sudah banyak pula yang
tidak kenal kepada Allah lagi, hanya mementingkan hartabenda dan kekayaan dunia
semata, baik rakyat umum ataupun para penditanya sendiri. Mereka berebutan
pangkat pendita bukan untuk menyiarkan agama Allah, tetapi semata-mata berebutan
pangkat dan hartabenda yang terdiri dan emas dan perak. Mereka bukan membela
nasib kaum fakir miskin lagi sebagai yang diperintahkan Allah, tetapi malah
merampas hak kaum fakir miskin dan orang-orang yang terlantar, bahkan menghisap
darah orang melarat dan mencelakakan penghidupan mereka. Pendita-pendita turut
serta menghisap dan memeras. Mereka ajarkan kepada manusia bahawa mengorbankan
harta bagi kepentingan pendita, bererti mengorbankan harta bagi Allah, sehingga
banyak pendita-pendita yang lebih kaya dari raja-raja. Pendita-pendita itu
menutup mata samasekali terhadap nasibnya orang-orang yang fakir dan miskin,
terhadap orang-orang yang terlantar, anak-anak yatim dan piatu, terhadap orang
yang mendapat kecelakaan. Mereka hanya bertekun didalam gereja-gereja untuk
dipuji-puji orang ramai saja. Agama yang diajarkan Nabi Musa, telah mereka ubah
disesuaikan dengan kepentingan mereka sendiri. Banyak yang halal diharamkan dan
yang haram dihalalkan. Agama yang menyerang nafsu kebendaan, mereka ubah menjadi
agama yang memuji-muji kebendaan, serta melupakan Tuhan. Rakyat, mereka anjurkan
berkorban dan bersedekah untuk Rumah Suci sebanyak-banyaknya, yang sebenarnya
bagi kepentingan diri mereka sendiri, sedangkan yang bersedekah itu
kebanyakannya orang yang fakir miskin dan orang bawahan yang susah jalan
penghidupannya. Segala rahsia itu dibongkar oleh Nabi Isa. Nabi Isa sedaya-upaya
untuk mengembalikan manusia kepada agama yang benar, kepada syariat Nabi Musa
yang sebenar-benarnya. Bani Israel yang telah sesat jalannya itu dianjurkan Nabi
Isa agar kembali ke jalan yang benar.
NASIB PARA RASUL
Ajaran Nabi Isa berlawanan sungguh
dengan kemahuan dan keinginan masyarakat umum dimasa itu. Isa melarang mereka
berlazat-lazat dan bersenang-senang, serta umumnya mereka asyik dengan berbagai
kemaksiatan dan kejahatan. Diantara pendita dan orang ramai, memang ada orang
yang benar-benar suci dan bersih, ingat dan selalu mengabdikan diri kepada Allah
s.w.t. Mereka ini sajalah yang sebenarnya mengakui akan ajakan dan pelajaran
yang diberikan oleh Nabi Isa. Mereka inilah yang menjadi pembela, tulang
belakang Nabi Isa a.s. dan mereka inilah yang disebutkan Allah dalam al-Quran
Ansarullah dan Hawariyun. Sedang lain-lainnya, masyarakat ramai, lebih-lebih
masyarakat yang kayaraya, pembesar-pembesar negeri hampir semuanya menentang
akan ajakan dan ajaran Nabi Isa, bahkan menghalang dari tersiarnya pengajaran
ini, sebab mereka takut akan kehilangan harta dan pangkat serta pengaruh. Nabi
Isa mereka dustakan, mereka halangi dengan berbagai cara. Semua ini memang sudah
menjadi nasibnya para Nabi dan Rasul Allah, sejak dari Nabi Adam a.s., sampai
kepada Nabi Muhammad s.a.w., kerana Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah itu diutus
memang untuk merobah keadaan dan susunan masyarakat kepada siapa mereka diutus
Tuhan, jadi bukan semata-mata untuk menurutkan kemahuan umat. Nabi Isa
terus-menerus mengajarkan semua yang diperintahkan Allah kepadanya, dari desa ke
desa dan dari kota ke kota. Kerana begitu hebat tentangan kaumnya, maka kepada
Nabi Isa diberikan Allah beberapa mukjizat yang luarbiasa, agar orang ramai
insaf akan kebenaran Nabi Isa sebagai orang yang diutus Allah. Nabi Isa
menggumpal sekepal tanah, lalu ditiupnya, segera tanah itu menjadi burung,
terbang ke sana ke mari bersiul-siul, beranak dan berketurunan. Ramai orang
ditimpa penyakit kusta dan tidak seorang juga yang dapat menyembuhkan penyakit
itu, sehingga penyakit itu terus-menerus, turun-temurun menyerang sebuah desa.
Oleh Nabi Isa semua orang yang sakit bertahun-tahun itu dapat disembuhkan
sekaligus dengan sesembuh-sembuhnya. Banyak pula orang yang buta sejak
dilahirkan ke dunia ini pun dapat disembuhkan oleh Nabi Isa, sampai dapat
melihat seterang-terangnya. Bahkan orang yang sudah mati pun, ada yang
dihidupkan Nabi Isa. Semua itu menjadi dalil dan bukti yang tidak dapat dibantah
lagi, atas kenabian dan kerasulan Nabi Isa a.s. bagi orang-orang yang mahu
beriman dan percaya. Tetapi bagi musuh-musuhnya, orang-orang yang ditakdirkan
Tuhan untuk jadi kayu api neraka, semua kejadian itu dipandangnya sebagai sihir
semata-mata, namun Nabi Isa tetap mereka tentang dan musuhi. Nabi Isa mempunyai
kawan dan pula mempunyai lawan. Dengan kawan-kawannya itulah Nabi Isa berjalan
ke tempat-tempat yang jauh, menyiarkan pelajaran agama, menolong manusia
sengsara. Tetapi sayang, lawannya lebih banyak daripada kawannya dan lawannya
ini memusuhinya dengan sehebat-hebatnya, serta mengadakan tekanan dan rintangan
seberat-beratnya. Musuh Nabi Isa bukan saja orang ramai yang telah dihinggapi
penyakit kekafiran, tetapi banyak dari pembesar-pembesar negeri yang takut
kehilangan pangkat, banyak pendita-pendita yang takut kehilangan pengaruh.
Setelah pendita-pendita sesat itu merasa bahawa Nabi Isa tidak dapat mereka
kalahkan dengan debat dan kata-kata, mereka berusaha mencari jalan lain.
Pembesar-pembesar negeri sejak dari raja, sampai kepada pembesar-pembesar
bawahannya, mereka hasut untuk menyingkirkan Nabi Isa dan masyarakat, dengan
tuduhan mengganggu ketenteraman, melenyapkan keamanan negeri dan akan merebut
kekuasaan pemerintah. Pada suatu hari, Isa dan sahabat-sahabatnya itu tiba
disuatu daerah padang pasir yang tandus dan kering, jauh dan desa dan kampung,
tidak ada manusia dan rumah, sedang persediaan air dan makanan sudah habis
samasekali. Padang pasir yang tandus itu tidak mempunyai tempat untuk
berlindung, sedang matahari bersinar terik. Mereka diserang haus dan lapar yang
hebat sekali. Mereka lalu duduk berunding, bertukar fikiran, jalan mana yang
harus ditempuh untuk keluar dari daerah kering itu, dimana kiranya dan bagaimana
caranya mendapat sedikit air untuk dapat mempertahankan hidup mereka. Keadaan
mereka lebili sulit lagi, kerana disaat itu pulalah musuh-musuh mereka telah
mengepung dan menunggu-nunggu kedatangan mereka untuk dihancurkannya.
Dalam keadaan yang sulit dan rumit
itulah Nabi Isa menuangkan pengajaran-pengajaran yang sangat dalam kepada para
pengikutnya itu, meresapkan ke dalam jiwa mereka hakikat perjuangan hidup di
dunia menjelang mati, merasakan erti hidup yang sebenarnya. Sesungguhnya para
sahabat dan Hawariyun itu telah teguh imannya, sudah tidak syak lagi dan
ragu-ragu lagi akan kebenaran Nabi Isa dan kerasulannya, tunduk dan patuh
menjalankan nasihat dan perintah Nabi Isa, namun mereka masih ingin mendapatkan
bukti-bukti dan tanda-tanda yang lebih nyata, semata-mata untuk menambah tebal
keimanan mereka. Apalagi sekarang ini benar-benar mereka sedang dalam kesulitan
menghadapi musuh dan bahaya lapar yang tidak terhingga. Mereka lalu berkata
kepada Isa: Ya, Isa anak Mariam! Kuasakah Tuhan menurunkan makanan dari langit
untuk kami? Dengan keterangan, bahawa mereka hanya ingin tahu saja, bukanlah
kerana kurang percaya dan kurang tegas iman. Permintaan yang demikian pernah
pula dikemukakan oleli pengikut Nabi Ibrahim dahulu. Terhadap permintaan
sahabat-sahabatnya itu, Nabi Isa menasihatkan agar mereka jangan hendaknya
menuntut mukjizat-mukjizat supaya tuntutan itu janganlah menjadi fitnah terhadap
keimanan mereka sendiri. Nabi Isa memperingatkan mereka sekali lagi kepada
mukjizat-mukjizat yang banyak sekali, yang sudah diperlihatkan Nabi Isa kepada
mereka. Mendengar keterangan Nabi Isa itu, mereka lalu berkata: Kami menghendaki
yang demikian itu, supaya dapatlah kami memakan makanan yang kami katakan itu
dan supaya tetap teguh kepercayaan dalam hati kami, sedang kami mengakui
sebenar-benarnya, bahawa engkau orang yang benar, sehingga kami menjadi saksi
atas yang demikian itu. Setelah mendengar perkataan mereka itu, Nabi Isa lalu
berdoa kepada Tuhan: Ya Allah, Tuhan kami, turunkanlah makanan dan langit untuk
menjadi perayaan besar (hariraya) bagi kami dan orang-orang yang sesudah kami
dan pula menjadi bukti kekuasaan Engkau. Berilah kami rezeki, sedang Engkau
adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Doa dan harapanan itu dikabulkan Allah.
Makanan yang lazat cita rasanya turunlah dari langit untuk mereka santap
bersama-sama, diiringi oleh turunnya wahyu Allah: Sesungguhnya Aku turunkan
makanan itu kepadamu, tetapi ingat, barangsiapa yang engkar diantara kamu
dikemudian hari, akan Aku seksa dengan seksaan yang belum pernah Aku seksakan
kepada orang-orang yang hidup didunia ini. Makanan itu segera mereka santap
bersama-sama dengan sekenyang-kenyangnya, sehingga segarlah perasaannya, hilang
rasa laparnya, serta kembalilah kekuatan mereka yang sudah penat dan lelah itu.
Kejadian itu tersiar pula kemana-mana menambah imannya orang yang beriman dan
menambah dengkinya musuh-musuh mereka.
Dalam pada itu kaum Bani Israel,
iaitu musuh Nabi Isa dipelopori oleh pendita-pendita mereka sendiri, telah
berkumpul untuk mencari daya-upaya cara bagaimana dapat menewaskan Nabi Isa dan
pengikut-pengikutnya. Hadir pula dalam rapat besar itu pembesar-pembesar negeri
dan raja mereka. Nabi Isa telah mengetahui lebih dahulu akan rencana-rencana
mereka untuk membunuh Nabi Isa itu. Sebab itulah Nabi Isa terus mengembara
menghindarkan diri dari tangkapan mereka. Dalam rapat besar itu, tiba-tiba
seorang pemuda yang tangkas mengacungkan tangan minta berbicara untuk
mengemukakan pendapat dan usulnya. Pemuda itu Yahuza namanya. Kepadanya
diberikan kesempatan membentangkan pandangan dan buah fikirannya. Dengan tegas
pemuda itu lalu mengusulkan, agar Nabi Isa ditangkap dan dibunuh saja. Dia
sendiri telahpun mengetahui akan tempat Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya itu
bersembunyi. Dia sendiri menyanggupkan dirinya untuk menjadi pelopor dalam
penangkapan dan pengepungan itu. Fikiran yang dikemukakan pemuda itu, dengan
segera mendapat persetujuan dari yang hadir dengan sambutan yang meriah sekali.
Apalagi orang banyak sudah lama tidak mendengar, di mana Isa sedang berada,
tiba-tiba pemuda itu menerangkan, bahawa dia mengetahui tempat Nabi Isa. Pemuda
itu mendapat pujian setinggi langit. Orang banyak datang berduyun-duyun mencium
tangan pemuda itu dan menjanjikan kepadanya apa saja yang dia kehendaki, bila
dia telah berhasil dapat menangkap Nabi Isa serta membunuhnya. Raja lalu
menyiapkan tentera dan perbekalan, untuk dikerahkan menangkap Nabi Isa, dibawah
pimpinan pemuda itu. Dalam pada itu pendita-pendita dan pembesar-pembesar negeri
yang benci kepada Isa, berpropaganda kepada orang banyak untuk membenci Nabi
Isa, dan menuduhnya sebagai pengacau, serta perusak agama dan negara. Nabi Isa
dan pengikut-pengikutnya telah mengetahui itu semua. Tahu bahawa tentera raja
dan banyak orang telah siap mencari-cari mereka, ke mana saja mereka pergi. Nabi
Isa dan pengikut-pengikutnya, dengan sembunyi-sembunyi dan menyeludup pindah
dari sebuah tempat ke lain tempat, agar jangan sampai diketahui oleh
musuh-musuhnya. Akhirnya Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya itu terperosok ke
sebuah daerah yang telah dikepung oleh musuh disekitarnya. Tidak ada jalan
keluar untuk melepaskan diri dan kepungan. Tidak ada jalan lain, selain
bersembunyi dibelukar yang ada dalam sebuah kebun yang luas dalam daerah
kepungan itu. Disaat yang amat kritikal, dipuncak segala krisis, tidaklah hairan
kalau banyak diantara pengikut Nabi Isa a.s. yang masih kurang kuat imannya,
sama mencuba menghindarkan diri dari bahaya maut. Pengikut Isa a.s. berkurang
satu demi satu. Akhirnya hanya tinggal 12 orang, yang menyanggupkan diri untuk
tetap bersama Isa a.s. dalam keadaan yang bagaimanapun. Mereka yang 12 orang
inilah yang dinamai Allah di dalam al-Quran dengan al-Hawariyun, iaitu
pengikut-pengikut atau sahabat-sahabat yang setia. Di saat itu Nabi Isa a.s.
mulai mengeluh dan berkata: Siapakah gerangan yang akan menjadi pembelaku?
Keluhan Isa itu dijawab oleh Hawariyun tersebut dengan kata: Kami siap untuk
membela dan bersamamu menegakkan agama Allah. Tentera musuh makin dekat jua dan
musuh rupanya sudah tahu, bahawa Nabi Isa dan pengikut-pengikutnya berada di
tempat itu. Ketika itulah pengikut-pengikut Nabi Isa mendapat ujian yang
sebesar-besarnya. Terbuktilah, bahawa diantara pengikutnya ada yang tidak tahan,
ada juga yang teguh imannya. Seorang demi seorang para pengikutnya meninggalkan
Isa, lalu meminta perlindungan dari musuh. Mereka lari dengan tidak minta izin
dan tidak memberitahu lebih dahulu kepada Isa. Lupalah mereka ketika itu akan
pemimpin besar yang selama mi mereka puja dan ikutinya.
Akhirnya salah seorang dari pengikut
yang lari ini pulalah yang telah belot, menunjukkan tempat bersembunyinya Nabi
Isa kepada musuh-musuh itu. Kepungan makin dipersempit, kerana sudah nyata
dimana tempat Nabi Isa bersembunyi. Dengan dipelopori oleh pemuda Yahuza, musuh
makin mempersempit kepungan mereka. Yahuza sebagai pelopor, lalu menyerbu masuk
sendirian ke dalam belukar dimana Nabi Isa sedang bersembunyi. Dia ingin
menangkap Nabi Isa dengan tangannya sendiri. Baru saja pemuda itu menyerbu ke
tempat persembunyian Nabi Isa, Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya. Mata musuh
tidak dapat melihat Nabi Isa, sedang pemuda Yahuza yang telah menyerbu sendirian
itu, dirobah Allah mukanya menjadi serupa dengan muka Nabi Isa. Tepat disaat itu
tentera musuh menyerbu masuk, mereka melihat Yahuza yang berbentuk Nabi Isa itu
segera ditangkapnya serta dipukulinya, lalu mereka gantung ditiang gantungan
yang berupa salib. Ditiang salib itulah orang tangkapan yang mereka kira Nabi
Isa itu, mereka pakukan, lalu dilemparinya dengan batu, serta dipukulinya dengan
kayu, sehingga darah tertumpah sebanyak-banyaknya. Akhirnya tangkapan itu
matilah di tiang salib itu. Nabi Isa yang sebenarnya terlepas dan tangkapan itu,
tetapi orang ramai dan musuh tidak mengetahuinya. Kepada Nabi Muhammad
diwahyukan Allah apa yang sebenarnya terjadi di saat itu.
Firman Allah di dalam al-Quran:
Kata mereka, mereka telah membunuh
al-Masihi Isa Anak Mariam, seorang yang menjadi Rasul Allah. Yang sebenarnya
mereka tidaklah membunuh Nabi Isa dan pula menyalibkannya, tetapi telah
menyalibkan seorang lain yang diserupakan Allah dengan rupa Nabi Isa.
Orang-orang yang berselisihan tentang Nabi Isa ini, yang sebenarnya masih dalam
keraguan, bukanlah dengan pengetahuan yang yakin, hanya dengan menduga belaka.
Bukanlah mereka telah membunuh Nabi Isa yang sebenarnya. Allah telah
mengangkatkan Nabi Isa kepadaNya, Allah itu Maha Agung dan Maha Bijaksana.
Dan firmanNya lagi:
Mereka (orang-orang kafir) membuat
rencana (untuk membunuh Nabi Isa), sedang Allah juga membuat rancangan (untuk
menghindarkan Nabi Isa dari dibunuh), akhirnya rencana Allah jugalah yang
terjadi, kerana Allah adalah sepandai-pandai perencana. Ingatlah tatkala Allah
bersabda: Hai Isa, Aku akan ambil kamu, dan akan angkatkan kamu kepadaKu, dan
akan membersihkan kamu dari (tangan-tangan) orang-orang yang kafir itu dan akan
jadikan orang-orang yang mengikut kamu itu diatas orang-orang yang kafir itu
sampai hari kiamat dan kemudian kepadaKu jualah tempat kembali kamu. Nanti Aku
akan tetapkan keputusan tentang segala perkara yang kamu perselisihkan. Selain
ayat-ayat yang tersebut diatas ini, ada banyak lagi ayat-ayat didalam Kitab Suci
al-Quran yang menerangkan bahawa Allah telah angkat Nabi Isa kepadaNya dan
bahawa Allah akan turunkan Nabi Isa kembali untuk diimani oleh semua ahli Kitab.
Di samping ayat-ayat al-Quran, tidak sedikit jumlah Hadis-hadis yang sahih
menerangkan bahawa Isa akan turun kembali. Dengan alasan-alasan tersebut, maka
ijmak sekalian Sahabat, Tabiin dan Mujtahidin, bahawa Isa masih hidup dan akan
turun. Firman Allah dalam al-Quran, surah Ali-Imran 55: (Ingatlah) tatkala Allah
berfirman: Hai Isa, sesungguhnya Aku (Allah) akan mengambil engkau dan akan
mengangkat engkau kepadaKu serta akan membersihkan engkau dari mereka yang kafir
itu. Perkataan Allah Aku ambil dan Aku angkat engkau kepadaKu dalam ayat
tersebut di atas, diulangi Allah lagi dalam ayat-ayat lainnya, dan beberapa
Hadis Sahih yang menerangkan bahawa Isa a.s. akan diturunkan kembali, menjadikan
para Sahabat, Tabiin dan Mujtahidin sepakat mengatakan bahawa Nabi Isa masih
hidup di langit, dan suatu waktu nanti akan turun lagi ke bumi.
PENGIKUT-PENGIKUT ISA
AL-MASIHI
Iman al-Kisaie (Abu Bakar Muhammad
bin Abdullah) yang hidup dalam abad ke 11 Masihi, dan menulis kitab Qisasul
Anbiya, bahawa Nabi Isa a.s. pernah melalui (menjumpai) suatu kelompok manusia
yang sedang menangkap ikan. Nabi Isa lalu memberikan pelajaran kepada mereka,
agar mereka jangan hanya hidup untuk didunia ini saja. Diterangkannya pula
kepada mereka tentang kehidupan diakhirat dengan Syurganya, dan ajaran-ajaran
serta kepercayaan lainnya. Akhirnya empat orang dari kaum penangkap ikan ini
beriman kepada Isa a.s. dan menjadi pengikutnya. Mereka itu ialah Syimun dan
saudara lelakinya yang bernama Andirius, Yaqub dan Yuhanna. Kemudian Nabi Isa
a.s. melalui pula suatu kelompok manusia yang sedang mencuci pakaian mereka
disungai. Nabi Isa berkata kepada mereka: Hai kaum, kamu mencuci pakaian itu dan
membersihkannya dan kotoran-kotoran yang melekat padanya. Apakah kamu tidak mahu
membersihkan hatimu itu? Mereka pun beriman dan menjadi pengikut Isa a.s. Mereka
adalah: Lukas, Thomas, Markus dan Yuhanna dan beberapa saudara mereka yang masih
kecil, di antaranya juga yang bernama Syimun dan Yaqub. Mereka itu semualah yang
menjadi pengikut-pengikut yang setia dan yang disebut Hawariyun dalam al-Quran
menurut al-Kisaie. Mereka semua berjumlah 12 orang. Akhirnya datang pula seorang
lainnya yang bernama Judas, yang belum pernah mendengarkan akan
perkataan-perkataan atau ajaran Isa a.s., tetapi turut beriman kerana ajakan
orang-orang yang telah beriman lebih dahulu. Hanya setelah Isa dan pengikutnya
mengalami pengepungan yang amat kritikal sebagai yang telah kita terangkan
sebelum ini, Judas ini murtad, menyeleweng, meninggalkan Isa dan
pengikut-pengikutnya lalu mengkhianati Isa a.s dengan memberitahukan tempat
persembunyian Nabi Isa kepada musuh-musuhnya, iaitu orang-orang Yahudi, sehingga
mereka menyerbu tempat persembunyian itu. Menurut sejarah, Nabi Isa diangkat
Allah menjadi Nabi dan Rasul dalam umur 30 tahun. Setelah menyiarkan ajarannya
selama tiga tahun atau lima tahun, terjadilah pengepungan, yang menurut kaum
Nasrani, Isa tertangkap dan disalib. Jadi Nabi Isa menyebarkan ajarannya itu
hanya dalam waktu tiga atau lima tahun saja, yang selalu diancam oleh orang
Yahudi untuk dibunuh, sehingga menjadikan Nabi Isa selalu berpindah-randah
tempat untuk menghindari penangkapan atau pembunuhan terhadap diri beliau.
Kerana keadaan yang demikian itu, pengikut-pengikutnya tidak banyak, dan
pelajaran yang disampaikannya pun tidak teratur, serta orang-orang yang menerima
pelajaran dari beliau itu berbagai-bagai peringkat kecerdasannya, berbagai-bagai
pula lamanya masing-masing mereka bergaul dengan Isa al-Masih a.s. Sesudah Nabi
Isa as. diangkat Allah ke langit, maka hanya tinggal para pengikut yang setia
ini sajalah, yang dengan sekadar ilmu yang ada pada masing-masing mereka, mereka
ajarkan lagi ajaran Isa al-Masih a.s. itu. Juga dalam keadaan bersembunyi, tidak
aman dan tidak bebas. Diantara mereka, ada pula yang menuliskan apa yang mereka
ketahui itu. Dan dari tulisan-tulisan mereka inilah nantinya yang dijadikan
Kitab Suci yang mereka namai Injil. Masing-masing Injil itu mereka namai dengan
nama penulisnya. Di antaranya ada Injil Mathius, Injil Yuhanna, Injil Lukas,
Injil Barnaba dan banyak lagi Injil-injil yang lainnya. Tentu saja Injil-injil
itu tidak sama antar satu sama lain, sebab hanya merupakan catatan dari
masing-masing pencatat saja, selama mereka bergaul dengan Nabi Isa, atau
semata-mata hanya khabar atau cerita yang sampai kepada mereka saja tentang Nabi
Isa a.s. Sebab tidak semua penulis Injil itu adalah Sahabat (Hawari), malah
banyak pula penulis-penulis Injil yang tidak pernah bertemu samasekali dengan
Isa, bahkan tidak pula dengan para Sahabat atau Hawari. Tidak hairanlah kalau
beberapa abad kemudian, ajaran yang diajarkan mereka menjadi bersimpang-siur,
menjadikan mereka berpecah-belah tentang kepercayaan. Ada diantara mereka yang
mengatakan bahawa Isa al-Masih a.s. adalah sebagai Nabi dan Rasul sebagaimana
juga Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang datang sebelumnya. Tetapi ada pula diantara
mereka yang melebihkannya kerana Isa tidak punya bapa, menganggap Isa sebagai
anak Allah. Juga tentang ibunya yang bernama Mariam dan Malaikat Jibril (Ruhul
Kudus) yang mendatangi Mariam. Bahkan timbul kepercayaan yang mengatakan bahawa
Isa adalah Allah yang menjelma menjadi anak manusia melalui perut seorang wanita
suci iaitu ibunya, Mariam. Bahkan timbul lagi kepercayaan bahawa Malaikat Ruhul
Kudus yang menyampaikan berita kelahiran Isa kepada Mariam itupun adalah Allah
menjelma pula. Akhirnya timbullah kepercayaan Trinitas; iaitu Allah Bapa, Allah
Putra dan Allah Ruhul Kudus. Oleh orang-orang yang datang kemudian ditafsirkan
bahawa Allah Bapa itu Tuhan 100%, Allah Putra, iaitu Jesus (Isa) itu Tuhan 100%
dan Allah Ruhul Kudus (Malaikat Jibril) adalah Tuhan 100% pula. Bahkan ada yang
mempercayai bahawa Mariam ibunya, adalah Tuhan pula, sebab ia melahirkan Tuhan
iaitu Tuhan Jesus. Kekacauan yang menimpa pengikut-pengikut Isa al-Masih a.s.
itu menimbulkan kekacauan yang menyebabkan pertumpahan darah yang terus-menerus
dalam waktu berabad-abad lamanya dikalangan mereka. Sehingga manusia berada
kembali dalam kegelapan, iaitu kegelapan kepercayaan. Untuk melenyapkan
kegelapan itulah akhirnya diutus Allah Nabi dan Rasul terakhir, iaitu Muhammad
s.a.w. dengan membawa Kitab Suci al-Quran, untuk membetulkan semua kitab yang
salah, yang dianggap orang Kitab-kitab Suci, yang ada tersebar sebelum lahirnya
Nabi Muhammad s.a.w.
Diantara ayat-ayat al-Quran yang ada
hubungannya dengan kepercayaan-kepercayaan orang yang mengaku pengikut Nabi Isa
a.s. berbunyi sebagai berikut (ertinya): Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini
adalah hamba Allah. Allah beri kepadaku Kitab, dan Allah menjadikan aku Nabi.
Allah jadikan aku orang yang berbakti dimana saja aku berada. Allah wajibkan
kepadaku mendirikan sembahyang, dan mengeluarkan zakat selama aku hidup. Allah
jadikan aku berbakti terhadap ibuku, dan Allah tidak jadikan aku menjadi orang
sombong dan celaka. Dan keselamatan tercurah atasku pada hari aku dilahirkan,
serta pada hari matiku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup diakhirat nanti. Ya
itulah Isa anak Mariam. Allah firmankan perkataan-perkataan yang penuh berisi
kebenaran, kerana banyak manusia yang berselisih tentang dia dan ragu-ragu.
Tidaklah layak bagi Allah mempunyai anak. Maha Suci Ia. Bila Ia menghendaki
sesuatu, Ia hanya berkata: Jadilah, maka terjadilah sesuatu yang dikehendakiNya
itu. (Berkata Isa): Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka
sembahlah Ia (Allah saja), inilah jalan yang lurus (benar). Maka timbullah
perselisihan diantara golongan manusia. Maka celaka besarlah orang-orang kafir
dihari yang amat hebat nanti. Dihari itu mereka akan datang kepada Kami, dan
alangkah terangnya mereka dapat mendengar dan melihat dihari itu. Tetapi
orang-orang zalim yang hidup sekarang ini tetap dalam kesesatan yang nyata. Dan
ancamlah mereka (Hai, Muhammad) dengan kepastiannya hari yang penuh dengan
dukacita itu, iaitu tatkala sudah diputuskan segala perkara. Mereka tetap lalai
dan tidak mahu percaya. Sesungguhnya Kamilah yang memiliki bumi dan apa-apa yang
terdapat diatasnya. Dan akhirnya kepada Kami jualah mereka itu akan kembali.
(Mariam: 3040) Dan ingatlah ketika Isa Anak Maryam berkata: Hai, Bani Israel,
sesungguhnya aku ini Rasul Allah yang diutus kepada kamu, membenarkan apa yang
dihadapanku (iaitu Kitab Taurat) dan memberi khabar gembira akan kedatangannya
seorang Rasul sesudahku namanya Ahmad (iaitu Muhammad). Tetapi tatkala Rasul itu
datang kepada mereka membawa keterangan, mereka berkata: Ini adalah sihir
semata." (as-Saff: 6) Hai, Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), sungguh sudah datang
kepadamu Rasul Kami (Nabi Muhammad) menerangkan banyak perkara yang kamu
(nenek-moyangmu) sembunyikan dan isi al-Kitab (Taurat dan Injil) dan banyak pula
yang kamu hapuskan (kerana memberatkan kamu) sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya yang terang dan Kitab Suci (al-Quran dan Allah). (al-Maidah: 5) Hai, Ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu. Janganlah kamu berkata
tentang Allah selain perkataan yang benar. Sesungguhnya ia Anak Mariam itu
adalah Rasul Allah dan (kejadian Isa itu adalah disebabkan) kalimahNya, yang
diletakkan pada Mariam (untuk menghamilkannya) bersama roh daripadaNya.
Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Janganlah kamu katakan Allah itu
bertiga (Trinitas). Berhentilah kamu dan perkataan yang demikian, itu lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah hanya Satu (Maha Tunggal). Maha Suci Ia daripada
mempunyai anak. KepunyaanNyalah apa saja yang ada dilangit dan apa yang ada di
bumi. Dan cukuplah Allah itu saja sebagai Pelindung (Saksi). (an-Nisa: 171)
Berkata orang-orang Yahudi: Uzair anak Allah. Dan berkata orang-orang Nasrani:
Isa al-Masihi anak Allah. Yang demikian itu adalah omongan mereka dengan mulut
mereka, menyerupai perkataan orang-orang kafir yang dahulu, yang telah
dibinasakan oleh Allah. Hairan mengapa mereka dipalingkan begitu rupa. Mereka
menjadikan guru-guru dan pendita-pendita mereka sebagai Tuhan selain Allah. Dan
begitu juga terhadap Isa Al-Masihi Anak Mariam. Padahal mereka tidak diperintah
selain untuk menyembah Allah yang Maha Esa, yang tiada Tuhan selain Dia. Maha
Suci Ia dan apa-apa yang mereka sekutukan. (at-Taubah: 3031) Maksud turunnya Isa
itu adalah untuk menerangkan kepada orang-orang yang mengaku mengikuti pelajaran
Nabi Isa, tetapi telah membelok dari ajaran Nabi Isa yang sebenarnya.
Lebih-lebih untuk menegaskan kepada mereka bahawa Isa tidak pernah mengajarkan
bahawa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan dan untuk menegaskan kepada ummat
manusia, bahawa Muhammad s.a.w. adalah Rasul Allah yang terakhir yang harus
diimani dan diikuti dan bahawa al-Quran al-Karim adalah Kitab Suci yang
mencakupi seluruh Kitab-kitab Suci yang sebelumnya dan bahawa Islam adalah
ajaran semua Nabi dan Rasul yang pernah diutus Tuhan ke permukaan bumi ini.
Dengan alasan yang tersebut diatas inilah, maka ummat Islam percaya, bahawa Nabi
Isa a.s. tidaklah mati terbunuh ditiang salib sebagai kepercayaan ummat Nasrani
sekarang ini. Kerana selain ayat-ayat al-Quran yang amat jelas tersebut diatas
itu, tidak mungkin menurut kepercayaan setiap orang Islam, seorang Nabi dan
Rasul Allah yang begitu benar dan mulianya, akan dapat ditangkap, serta dibunuh
dengan pembunuhan kejam, di luar penkemanusiaan itu. Allah yang Maha Kuasa pasti
telah dapat menyelamatkan Nabi dan RasulNya yang bernama Isa al-Masihi, dan
perlakuan yang tidak sewajarnya ini. Kalau ummat Islam dan ummat Nasrani
berlainan kepercayaan tentang kedua masalah ini (iaitu tentang ketuhanan Isa dan
tersalibnya Isa) ummat Islam tidak diperbolehkan bertengkar dan berdebat dengan
ummat Nasrani tentang masalah ini. Kerana masalah ini seratus peratus masalah
ghaib, yang tidak mungkin dapat diselesaikan dengan bertengkar dan berdebat.
Dengan ayat-ayat yang tersebut diatas, ummat Islam menunggu sampai datang
saatnya nanti di hari kiamat, dialam akhirat, dimana Allah akan menetapkan
putusan tentang masalah yang sedang diperselisihkan sekarang ini, antara ummat
Islam, ummat Nasrani dan ummat Yahudi. Marilah kita sama menunggu saat yang
dijanjikan Allah itu dengan sabar dan menjauhkan diri dari sengketa, berjalan
dan hidup dengan kepercayaan masing-masing. Tetapi bila perdebatan mengenai
masalah-masalah yang diperselisihkan itu dapat dijamin akan berjalan secara
baik, dijamin tidak akan membangkitkan nafsu-nafsu yang tidak dapat
dikendalikan, maka setiap saat ummat Islam diperbolehkan menghadapinya. Firman
Allah dalam al-Quran: Serulah manusia kejalan Allah dengan bijaksana dan
nasihat-nasihat yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui akan orang-orang yang sesat dari
jalanNya dan Ialah pula yang lebih tahu akan orang-orang yang benar (mendapat
petunjuk). Dan jika kamu terpaksa harus membalas seksaan, maka balaslah dengan
pembalasan yang sebanding dengan apa yang telah mereka seksakan kepadamu. Dan
jika kamu sabar (tidak membalas) maka itulah yang lebih baik, bagi orang-orang
yang sabar. Dan sabarlah engkau dan tidaklah engkau dapat bersabar, kalau bukan
kerana Allah. Dan janganlah engkau berdukacita terhadap mereka dan janganlah
engkau berkecil hati lantaran tipu daya mereka. Sesungguhnya Allah beserta
dengan orang yang taqwa dan orang yang berbuat kebaikan. (an-Nahal: 125-129)
Kalangan Nasrani meyakini Isa
tertangkap dan dihukum salib. Penyaliban itu dianggap sebagai simbol pengorbanan
Isa demi menebus dosa umat manusia. Sedangkan Quran menjelaskan bahwa yang
ditangkap dan kemudian disalib bukanlah Isa melainkan orang yang wajahnya serupa
Isa. Banyak kalangan menunjuk ucapan orang yang hendak dihukum salib "Eli, Eli
lama sabakhtani (Tuhan..... ) sebagai bukti bahwa yang disalib tersebut bukanlah
Isa. Mereka bahkan meyakini yang tersalib adalah Yudas.
Tentang keberadaan Isa kemudian, para
ahli tafsir meyakini bahwa Isa "diangkat Allah" ke akhirat. Sedangkan Jamaah
Ahmadiyah berpendapat bahwa Isa lolos dari kepungan tersebut, lalu menyamar
sebagai orang biasa, dan wafat secara wajar.n
No comments:
Post a Comment